Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger TemplatesPremium By Raushan Design With Shroff Templates

Iklan

Bencana Banjir Melanda, Efek Menjamurnya Pembangunan Tempak Wisata??

Tim EduSMart
08 Maret, 2025
Last Updated 2025-03-09T16:30:07Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates


CTV INDONESIA - Bencana banjir dan kerusakan lingkungan akibat pembangunan tempat wisata merupakan isu yang semakin relevan, terutama di Indonesia, yang memiliki banyak destinasi wisata alam yang indah dan rawan bencana. Kedua masalah ini sering kali terkait erat, dan dampaknya bisa sangat merugikan baik bagi lingkungan maupun masyarakat lokal. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan dan menghubungkan keduanya:

1. Pembangunan Wisata yang Tidak Terencana

Pembangunan tempat wisata yang tidak terencana dengan baik sering kali mengabaikan aspek lingkungan. Proyek-proyek pembangunan yang tidak memperhatikan daya tampung ekosistem lokal, atau tidak memperhitungkan faktor mitigasi bencana, dapat berisiko menyebabkan kerusakan lingkungan dan memperburuk bencana alam.

Misalnya, pembangunan resor, hotel, atau infrastruktur di daerah-daerah sensitif seperti pesisir pantai atau daerah pegunungan sering kali menghilangkan vegetasi yang seharusnya berfungsi untuk menyerap air hujan. Tanpa adanya tanaman atau pohon yang berfungsi sebagai penahan tanah, maka ketika hujan lebat datang, banjir dan longsor menjadi lebih berisiko.

2. Dampak Kerusakan Lingkungan

Pembangunan tempat wisata dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami. Pembukaan lahan untuk fasilitas wisata seperti jalan, penginapan, atau restoran sering kali merusak habitat alami flora dan fauna, mengurangi keragaman hayati, dan mengganggu keseimbangan alam. Kerusakan ini dapat memperburuk kondisi lingkungan, yang pada gilirannya meningkatkan kerentanannya terhadap bencana seperti banjir dan tanah longsor.

Contoh nyata kerusakan lingkungan akibat tempat wisata adalah:

  • Degradasi Hutan: Penggundulan hutan untuk pembangunan infrastruktur wisata seperti jalan atau area parkir dapat mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air hujan. Ini meningkatkan potensi terjadinya erosi dan banjir bandang.

  • Polusi Air: Banyak tempat wisata alam yang berdekatan dengan sungai atau danau. Pengelolaan limbah yang buruk dari wisatawan dapat menyebabkan pencemaran air, yang memperburuk kualitas lingkungan serta ekosistem perairan.

3. Peningkatan Risiko Banjir

Beberapa tempat wisata yang dibangun di dekat daerah aliran sungai atau dataran rendah rawan banjir sering kali meningkatkan risiko banjir. Pembangunan yang merusak sistem penyerapan air tanah atau menghalangi jalur alami aliran air (seperti pengalihan sungai untuk pembangunan) dapat memperburuk kondisi saat terjadi hujan deras.

Faktor lainnya adalah pembangunan yang mempersempit daerah resapan air atau bahkan pembangunan yang tidak memperhitungkan mitigasi terhadap potensi banjir, seperti sistem drainase yang buruk atau tidak adanya perencanaan untuk menahan banjir saat musim hujan.

4. Kurangnya Pengelolaan yang Berkelanjutan

Seringkali, tempat wisata yang sukses menarik banyak pengunjung tidak diimbangi dengan pengelolaan yang berkelanjutan. Tanpa adanya upaya pengelolaan lingkungan yang serius, seperti penanaman kembali pohon, pengelolaan sampah yang baik, dan pelestarian sumber daya alam, tempat wisata bisa mengalami degradasi yang pada akhirnya mempengaruhi ekosistem lokal dan meningkatkan risiko bencana.

Sebagai contoh, di beberapa tempat wisata pantai, penggunaan fasilitas yang tidak ramah lingkungan, seperti pembangunan beton di sepanjang garis pantai, bisa menyebabkan erosi yang lebih parah dan memperburuk potensi bencana alam seperti banjir rob (banjir akibat pasang surut air laut).

5. Solusi dan Langkah Mitigasi

Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa solusi yang perlu diperhatikan, baik oleh pemerintah, pengelola tempat wisata, maupun masyarakat:

  • Perencanaan Wisata yang Ramah Lingkungan: Setiap pembangunan tempat wisata harus dilakukan dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Pemerintah dan pengembang harus melibatkan ahli lingkungan untuk melakukan kajian dampak lingkungan (AMDAL) dan memastikan bahwa proyek tersebut tidak merusak alam.

  • Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan: Menjaga kelestarian alam dengan melakukan reboisasi, pengelolaan sampah yang baik, dan menggunakan teknologi ramah lingkungan dalam pembangunan infrastruktur.

  • Edukasi dan Partisipasi Masyarakat: Masyarakat, termasuk wisatawan, perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan. Program-program edukasi tentang cara wisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan sangat penting.

  • Peningkatan Infrastruktur Mitigasi Bencana: Pengelolaan infrastruktur yang tangguh terhadap bencana seperti drainase yang baik, pembuatan tanggul atau penghalang tanah untuk mencegah longsor, dan pembangunan di kawasan yang telah dianalisis aman dari bencana.

6. Contoh Positif

Ada juga contoh tempat wisata yang telah berhasil mengintegrasikan aspek keberlanjutan dan mitigasi bencana, seperti pengelolaan ekowisata di beberapa taman nasional di Indonesia. Wisata alam yang berfokus pada pelestarian lingkungan dan pengurangan dampak negatif terhadap alam bisa menjadi contoh yang baik bagi pengembangan tempat wisata yang ramah lingkungan.

Kesimpulan

Pembangunan tempat wisata dapat memberikan manfaat ekonomi yang besar, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan meningkatkan risiko bencana alam, seperti banjir. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan prinsip keberlanjutan dalam setiap aspek pengembangan tempat wisata, dengan memastikan bahwa alam tetap terlindungi dan masyarakat lokal tidak menjadi korban dari kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl
close
close