Yanti Kristina dari perawat beralih profesi menjadi penjual serabi di desa Klapagading, Wangon, Banyumas.( Foto : Istimewa) |
BANYUMAS - Serbuan kuliner dimasa pandemi Covid-19 yang kian menurun tidak menyurutkan Yanti Kristina (25tahun) untuk tetap bertahan agar ekonomi rumah tangganya kuat dengan berjualan serabi. Saat CTV menemuinya saat Yanti menggelar dagangannya, di dusun Citomo, Klapgading, Wangon, Rabu sore (25/8/2021).
Yanti mengaku dirinya sudah berjualan serabi sejak saat masih kuliah di salah satu perguruan tinggi Islam di Ponorogo yang mengambil jurusan Ilmu Keperawatan. Bahkan gelar sarjana keperawatan pun Yanti selesaikan hingga tuntas.
Serabi Yanti Klapagading.(Foto : Istimewa) |
Kini setelah kembali lagi ke Desanya, Yanti melanjutkan perjuangannya menjual serabi. Wanita cantik yang dulu juga bekerja sebagai perawat selama 4 tahun di Ponorogo ini merupakan generasi ke 9 keluarganya yang berprofesi jualan serabi.
"Saya jualan serabi sejak masih aktif kuliah hingga pulang ke desa dan kembali berjualan, disini saya baru 3 bulan,"kata Yanti.
Dijelaskan bahwa serabi buatannya lain dengan serabi daerah lain. Serabi yang ia jual selain memiliki rasa gurih juga rasa manis dan tidak lembek.
Saat ditanya resep, Yanti mengaku hanya memakai bahan tepung beras, kelapa parut, garam dan gula jawa asli yang sudah dicairkan.
Dalam sehari dia mampu menghabiskan 7 kg tepung beras. Yang terbagi dalam dua kali waktu berjualan, yakni pagi mulai pukul 5:00-9:00 dan siang mulai jam 1 hingga jelang maghrib. Serabi Ia jual dengan harga 1000 Rupiah untuk satuan.
Lokasi berjualan Serabinya strategis. Karena jalan tersebut merupakan jalan alternatif nasional penghubung antara jalur Ajibarang dan Jatilawang.
Sementara seorang pelanggan bernama Gosis yang kebetulan sedang antre beli serabi Yanti mengatakan dirinya sengaja beli karena sudah kenal serabi buatan keluarga Yanti sudah ada sejak tahun 80an. Soal rasa entah kenapa masih sama sejak dahulu.
"Saya kalau kepingin Serabi ya beli disini, karena buyutnya Yanti dari dulu jualan serabi dan rasanya tetap sama dari dulu,"kata Gosis.
Sedang pelanggan lain bernama Anwar warga Klapagading mengaku juga suka menikmati Serabi buatan Yanti. Bila sedang santai dirinya suka membeli. Menurutnya, orang malah lebih sering menyebutnya serabi arab atau serabi India karena penjualnya yang mirip orang Timur Tengah.
"Oh iya saya suka beli serabi India itu, kalau pas sedang santai dirumah atau dikantor,"pungkasnya.(*)
Posting Komentar