Banyumas - Berangkat dari keprihatinan banyak sampah sisa rumah tangga yang dibuang begitu saja, Sri Sumarsih bersama suami yang Ketua RT, bergerak untuk mengelola sampah masyarakat sekitar. Meski dengan dengan dana terbatas dan peralatan seadanya mereka sudah dapat membuat pupuk kompos cair dari sampah. Bank Sampah Musisi adalah wadah bagi warga RT 04 RW 03 Desa Kemutug Kidul, Baturraden dalam mengelola sampah. Ketua Bank Sampah Musisi, Sri Sumarsih mengatakan bank musisi itu berdiri tanggal 7 Oktober 2018.
“Dilatar belakangi banyaknya sampah yang tidak dimanfaatkan oleh warga, jadi kita berfikir untuk memanfaatkan sampah yang ada agar mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi, jadi kita dengan warga membuat pupuk kompos cair untuk bahannya dari sisa makanan dan daun hijau yang dicamput dengan molase dan Em4 dengan perbandingan 5:20 didiamkan selama 1 bulan setelah itu kita saring dan itu bisa buat pupuk tanaman holtikultural seperti sayuran sawi, kangkung, cabe dan tomat,” katanya Rabu (7/2).
Sri Sumarsih mengaku belajar membuat pupuk kompos cair dengan cara otodidak. Kebetulan ditempat tinggalnya ada orang yang dapat membuat pupuk kompos cair yang dia jadikan mentor.
“Ada tetangga yang dulu pernah pelatihan di Jogja, kemudian bersama warga disini dirinya belajar membuat kompos, sebelum tetangga saya pindah ke Sumatera, ,” katanya.
Sri Sumarsih menambahkan acara dilaksanakan setiap pagi hari dua minggu sekali, warga bersih-bersih lingkungan setelah itu kita mengadakan penimbangan sampah layak jual seperti botol air mineral atau plastk-plastik bekas. Ada program lain sebenarnya yaitu penghijauan tetapi itu masih masih berjalan menunggu tanaman yang disemai tumbuh.
Perjuangan mengembangkan bank sampah dilingkungannya tidaklah mudah bagi Sri Sumarsih. Dia merasakan betul pahit getir berjuang, mulai dari cibiran sinis hingga anggapan dari beberapa warga sekitar menyangsikan bank sampahnya dapat berlanjut.
“Saya yakin dengan niat baik, lebih khusus dengan tujuan utama adalah memberdayakan warga sekitar, akan mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak. Hal yang lebih utama adalah terus menumbuhkan kebiasaan kepada warga dari membuang sampah menjadi mengelola sampah melalui ruang-ruang seperti arisan dan kumpulan ibu-ibu,” katanya
Produksi pembuatan pupuk cair saat ini baru mencapai 25 liter. Hal ini karena keterbatasan sarana dan prasarana. Untuk menampung pupuknya saja digunakan media ember bekas.
“Saat ini 25 liter diendapkan satu bulan. Baik proses dan kualitas pupuknya terus kami sempurnakan,” katanya.
Hasil produksi pupuk sementara dibagikan kepada warga yang menyumbang sampah. Selain itu kepada mereka yang rajin menabung sampah juga diberikan dua buah bibit tanaman hias agar mereka bersemangat. Bank sampah Musisi berkomitmen memberi nilai tambah untuk warga sekitar dengan berani menghargai sampah lebih tinggi dibandingkan harga pemulung pada umumnya.
Komitmen warga RT 04 RW 03 dalam mengelola sampah secara mandiri terlihat dengan adanya Banner bertuliskan “Kawasan Bebas Pemulung/Tukang Rongsok” terpampang di sudut-sudut batas wilayah. Pengumuman tersebut sengaja dipasang agar pemulung tidak mengambil sampah di wilayah itu.
Parsito
Posting Komentar