Jakarta - Pelatnas karate Indonesia sudah dipersiapkan untuk menuju Asian Games 2018. Meski menjadi tuan rumah, tim karate tak mau muluk-muluk soal memasang target dalam multievent empat tahunan tersebut.
Meski masih bersifat sementara, karate termasuk cabang prioritas pada Asian Games 2017. Hal itu cukup mengherankan mengingat tim karate tak memiliki catatan bagus dalam ajang selevel Asian Games.
BACA JUGA
38 Cabor Asian Games 2018 Akan Disiarkan Secara LangsungAsian Games 2018: Peralatan Pelatnas Karate Belum TerpenuhiAsian Games: Pelatnas Angkat Besi Fokus Benahi Fisik
Tercatat, hanya dua emas yang bisa didapat Indonesia dari cabang karate Asian Games. Itu pun sudah cukup lama. Dua emas itu disumbang Arif Taufan Syamsuddin di nomor kumite -60 kg Asian Games 1998 dan Hasan Basri (kumite -65 kg) Asian Games 2002.
Setelah itu, tak ada lagi emas yang bisa diraih tim karate Indonesia dari Asian Games. Karenanya, pelatnas karate saat ini berhati-hati jika bicara soal target. Mereka pun hanya mengincar satu emas pada Asian Games 2018.
"Sejak awal target kami satu emas. Itu harga mati karena ini bukan olahraga terukur. Berkaca dari hasil SEA Games 2017, kami tidak mau muluk-muluk. Satu saja cukup," kata pelatih kepala pelatnas karate Indonesia, Philip King, saat ditemui di Apartemen Bellezza, Jakarta, Rabu (8/11/2017).
Untuk mewujudkan target itu, sederet program telah disusun PB Forki menujuAsian Games 2018. Mulai dari pemusatan latihan dengan mengikuti sebuah ajang hingga rencana mendatangkan karateka kelas dunia untuk menjadi sparring partner.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
1 of 2
Lawan Uji Coba
"Nanti menjelang Asian Games kami akan undang karateka Eropa untuk menjadi lawan sparring. Ini kan kelasnya Asia. Jadi lawannya harus hebat. Sekitar Juni-Juli. Lawannya bisa dari Turki, Belanda, Jerman, Maroko. Kami akan cari yang bagus dan pernah mengalahkan juara-juara di Asia," jelas Philip.
Sayang, persiapan tim karate Indonesia sedikit terkendala dengan faktor-faktor non teknis yang sudah biasa terjadi. Hal itu tak lain adalah minimnya dukungan pemerintah soal dana hingga pengadaan alat bertanding.
"Peralatan tanding yang dijanjikan sejak SEA Games, seperti protector dan lainnya, belum kami terima hingga saat ini. Saya sudah lelah menanyakan bolak-balik. Makanya saya bilang siapa pun bentuknya harus profesional dan mau mengurus olahraga," kata Philip
Posting Komentar