Jatilawang, Banyumas-Pernahkah Anda mendengarkan lagu Egat Egot, Baturaden, Bendung Serayu, Banyumas Satria, Kebo Gering, atau lagu khas Banyumasan lainnya? Bila pernah, tahukah siapa pemilik dan pencipta lagu tersebut?. Sering memang terdengar lagu tersebut di nyanyikan di setiap gelaran Wayang Banyumas dan juga lomba Kenthongan, bahkan hampir menjadi "wajib" , namun ketika di tanya dari mana asal muasal lagu Egat Egot misalnya, banyak yang tidak begitu mengetahui, bahkan makna dari lagu itu.
Saking penasarannya, bebrapa hari lalu telah di lakukan penelusuran bahwa ternyata yang menciptakan dan pemilik asli Lagu Egat Egot, Baturaden, Bendung Serayu, dan Banyumas Satria serta lagu lagu khas Banyumasan adalah Seorang Warga Tinggarjaya RT 6/6 jatilawang, Banyumas. Beliau bernama Suyoto Hadi Wardoyo namun telah meninggal dunia pada 10 April 2014. Tidak banyak yang tahu memng, karena Suyoto semasa hidup adalah seorang yang sangat sederhana dan luput dari bidikan media terkait karya karyanya.
Suyoto yang di lahirkan di Banyumas, tepatnya di Patikraja pada 20 desember 1928 adalah satu dari Tiga bersaudara dan menyelesaikan pendidikannya di AMS Purwokerto yang setara SMA pada tahun 1940, Ia mempunyai seorang Ayah bernama Slamet juga telah meninggal dunia adalah seorang Penilik Sekolah pada tahun 1930an. Pada tahun itu keluarganya pindah ke Tinggarjaya, sementara Suyoto di karuniai 6 orang anak. Salah satunya adalah Supriyatin dan Siswadi, mereka inilah yang berhasil di wawancari oleh wartawan.
Menurut Supriyatin dan Siswadi ayahnya adalah yang menciptakan dan mempopuplerkan pertama kali lagu lagu khas Banyumasan Egat Egot tersebut sekitar tahun 1980. Lagu tersebut di ciptakan Suyoto sebagai bentuk kegembiraan ketika orang mendengar bunyi kendang dan gamelan calung. Hal itu terlihat dari lirik liriknya "Juku Sapa baen ngger krungu lagu Banyumas/Sapa Angger Ora Melu Egaat..Egoot../Kendange Trampil Banget Swarane jaaan..Mblaketaket...dst / ( Siapa saja yang mendegarkan lagu Banyumas/Siapa yang nggak Pasti Ikut Goyang Goyang/Kendangnya Trampil/Suaranya Nyaman dan Asik..dst)//
Suyoto di masa jayanya pun sebenarnya pernah masuk studio rekaman di Semarang pada tahun 170an, bahkan Ia pernah mendapatkan penghargaa dari Gubernur Jawa Tengah kal itu yakni Soeparjo Rustam. Di Tempat kediaman Suyoto terdapat foto dan piagam penghargaan yang terpajang rapih di dinding. Juga terdapat gamelan Banyumas. Menurut para tetangganya Suyoto adalah seorang seniman dan pencipta lagu yang selalu mengiringi Karawitan di kala Dalang Sugino Siswocarito manggung.
Sementara itu Budayawan Asli Banyumas Ahmad Tohari saat di konfirmasi di rumahnya mengatakan bahwa Suyoto adalah seniman besar Banyumas. Ia mengenal sosok Suyoto karena selain teman masa kecilnya juga merupakan tempat berdiskusi soal Budaya Banyumas. " Saya mengakui Beliau itu adalah seniman besar Banyumas, namun ia prihatin Pmerintah Daerah seolah melupakan jasa jasanya sbagai budayawan, bahkan terkesan tidak mendapat perhatian." Ungkapnya.
Ahmad Tohari juga berpendapat bahwa istilah nguri uri budaya banyumasan pun tercetus dari Suyoto,namun karena Ia adalah yang selalu mengiringi sang dalang, namanya pun tenggelam oleh kebesaran sang Dalang. "Selain sebagai pencipta lagu Banyumasan, Suyoto juga aktif dalam kegiatan sanggar Banyumasan, namun soal lagu memang saya belum melihat Suyoto bernyanyi dalam bentuk kaset."Tambah Tohari.
Hasil ciptaan lagu Suyoto yang di rekam ddalam bentuk master oleh studio rekaman bernama Studio Cakra menurut Siswadi waktu itu hanya di bayar sekali saja pad tahun 1980 sebesar 1,5 juta, namun penggandaan lagu lagu tersebut Suyoto tidak mendapatkan royaltinya.
" Bapak hanya menganggap bahwa karya seni itu tidak bisa di beli dengan materi, namun bila orang menyukainya, ia memberikannya, baginya seni adalah rasa."Kata Suyoto yang berpesan pada Siswadi sebelum meninggal pada 2014.(*)