Banyumas-Nasib Paris Saint-Germain (PSG) di Liga Champions hampir seperti Manchester City. Saat klub bangkit dengan dana investor asing yang besar, mereka bernasib buruk di Liga Champions. Dan salah satu penyebabnya sama: Harus bersua Barcelona.
City mengalaminya saat mereka berkiprah di Liga Champions ketiga mereka pada musim 2013-2014. Setelah dua kali keok di fase grup, mereka untuk kali pertama lolos ke babak kedua. Tapi kiprah mereka terhenti di tangan anak-anak Catalonia dengan agregat skor 1-4.
PSG juga mengalaminya musim lalu. Setelah menyingkirkan Chelsea (agregat skor 3-3), pasukan Laurent Blanc itu harus bersua Barca di babak delapan besar. Sama seperti klub berjuluk The Citizens itu, gabungan skor kandang dan tandang kekalahan PSG sangat mencolok: 1-5.
Musim ini, tim berjuluk Les Parisiens itu belum perlu mengkhawatirkan Barca. Pasukan Luis Enrique itu akan menghadapi Arsenal pekan depan. PSG saat ini hanya perlu mengatasi lawan di depan mata: Jawara Inggris musim lalu, Chelsea, pada Rabu, 17 Februari, pukul 02:00 WIB dini hari.
Ini adalah untuk ketiga kalinya PSG dan Chelsea tim bertemu dalam tiga musim beruntun. Rekor keduanya sama kuat. Dalam empat pertandingan, PSG dan Chelsea sama-sama sekali menang, sedangkan dua laga sisanya berakhir imbang.
Tapi, musim ini, Chelsea bukan tim yang sama. Di dua edisi Liga Champions sebelumnya, tim berjuluk The Blues itu ditangani Jose Mourinho. Faktor manajer asal Portugal itu pula yang membuat pertemuan mereka di musim 2013-2014 berakhir dengan lolosnya Chelsea ke babak 8 delapan besar.
Musim ini, klub yang bermarkas di Stamford Bridge itu sedang mengalami prahara. Mereka terjerembap di posisi 12 klasemen Liga Primer. Bersama manajer pengganti Mourinho, Guus Hiddink, Chelsea baru meraih tiga kemenangan dalam 9 pertandingan di liga.
Performa yang sedang tertatih-tatih itu bisa dimanfaatkan PSG untuk mengkandaskan klub milik bos besar asal Rusia, Roman Abramovich, tersebut. Apalagi, laga bakal digelar di kandang sendiri, Parc des Princess.
PSG lebih bisa fokus di Liga Champions
Performa PSG di Ligue 1 benar-benar berkebalikan dari Chelsea. Klub yang diakuisisi Qatar Investment Authority (QIA) itu benar-benar dominan di ajang domestik. Mereka memimpin klasemen sementara dengan selisih 24 angka dari posisi kedua, AS Monaco.
PSG menguasai puncak klasemen Ligue 1 sejak pekan ketiga dan tak pernah turun hingga saat ini (pekan ke-26). Bahkan, tak ada satupun klub di negeri anggur itu yang bisa mengalahkan mereka.
Dengan situasi di level domestik sangat stabil, PSG bakal sangat fokus di Liga Champions. Hasil imbang tanpa gol melawan Lille pada 13 Februari lalu tak akan mengganggu fokus mereka. Justru, di laga domestik tersebut, mereka tak ngotot mengejar kemenangan.
Beberapa pemain sengaja disimpan pelatih Blanc. Zlatan Ibrahimovic tidak dipasang. Posisinya digantikan Edinson Cavani sebagai penyerang utama. Angel Di Maria yang beroperasi sebagai winger kiri digantikan Lucas Moura di menit ke-63.
Bahkan, posisi winger kanan yang biasa ditempati Cavani diisi Jean-Kevin Augustin yang masih 18 tahun.
Begitu juga lini tengah. Paket trio gelandang Marco Verratti, Javier Pastore, dan Blasé Matuidi tidak tampil. Verrati bergantian dengan Pastore sedangkan Matuidi dengan gelandang 20 tahun Adrien Rabiot.
Peran pengatur serangan yang biasa diemban Verrati bahkan diserahkan kepada gelandang cadangan Benjamin Stambouli di awal-awal pertandingan.
Pendek kata, PSG benar-benar menyiapkan fokusnya untuk Chelsea. Kebugaran pemain lebih terjaga. Mereka bakal lebih mampu mengerahkan semua tenaganya agar menang di legpertama itu. Dengan demikian, tugas mereka di Stamford Bridge bakal lebih mudah.
Sebaliknya, beberapa daftar cedera bakal menyulitkan Chelsea. Mereka kehilangan John Terry karena cedera. Penggantinya, Kurt Zouma, juga tak bisa tampil karena alasan yang sama.
Hiddink harus mengubah komposisi pemain. Bek kanan Branislav Ivanovic bisa digeser sebagai bek tengah. Posisinya bisa digantikan Cesar Azipilicueta yang biasa beroperasi sebagai bek kiri. Baba Rahman akan mengisi kekosongan posisi Azpi.
“Liga Champions adalah liga besar. Apapun yang terjadi, kami merasa sangat percaya diri untuk menghadapinya,” kataHiddink.
Masalah PSG tinggal soal mental. Chelsea jelas lebih unggul dalam hal mengatasi tekanan tampil di ajang Eropa. Klub ibu kota Perancis itu belum pernah menjuarai Liga Champions. Prestasi paling maksimal mereka di ajang antarklub benua biru itu hanya Piala Winners pada 1995-1996. Itupun ajang tersebut sudah dihapus UEFA sejak 1998-1999.
Chelsea jelas lebih baik. Sejak era Roman Abramovich pada 2003, mereka menjuarai Liga Champions sekali (2011-2012), mencapai semi final delapan kali, dan dua kali tampil di final.
Tekanan itu pula yang dirasakan Verratti. Gelandang asal Italia itu merasa canggung tampil sebagai tim favorit. “Agak menakutkan untuk diunggulkan dalam pertandingan ini,” katanya seperti dikutip ESPN.
Dia menganggap, baik Chelsea maupun PSG, sama-sama favorit. Tidak ada yang lebih diunggulkan. “Chelsea memang buruk di liga. Tapi justru karena itulah satu-satunya ajang bagi mereka untuk mati-matian adalah Liga Champions,” katanya.
Hal yang sama diungkapkan Blanc. “Fokus mereka tinggal liga ini. Guus Hiddink merupakan pelatih berpengalaman karena pernah memenangi Liga Champions. Saya rasa peluang kami sama. Tinggal siapa yang bisa membuat perbedaan di lapangan," katanya.—Sumber; Uni Lubis/Rappler.com
Posting Komentar