Banyumas-Media sosial sudah menjadi bagian penting menunjang
kehidupan sehari-hari. Bahkan pemimpin dunia, menjadikan media sosial sebagai
sarana untuk berinteraksi dengan elemen bangsanya.
Di
tangan pemimpin politik, media sosial menjadi alat efektif untuk berbagai
tujuan, seperti mendorong partisipasi rakyat, mengkampanyekan kebijakan,
ataupun sosialisasi hasil kinerja pemerintah
Pada
akhirnya, media sosial, seperti Facebook, juga menjadi jembatan rakyat merespon
sosok pemimpin atau kinerja pemerintah. Menurut studi sebuah perusahaan PR
Burson-Marsteller, pemimpin dunia yang paling disukai oleh pengguna media
sosial khususnya Facebook adalah Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Obama memperoleh setidaknya 46 juta “likes” pada laman kampanye resminya di
Facebook, yang dikelola administrasi Gedung Putih maupun terkadang diunggah
sendiri oleh Obama.
Nomor
dua adalah Perdana Menteri India Narendra Modi, dengan 31 juta “likes” pada
akun pribadinya dan 10,1 juta likes pada laman resminya sebagai perdana
menteri.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) masuk dalam peringkat empat pemimpin yang paling
disukai di media sosial. Laman resmi Jokowi pada jejaring sosial Facebook
setidaknya memiliki 6 juta “likes”.
Jokowi
berada di bawah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang memperoleh 7,9 juta
“likes” pada laman resmi Facebook miliknya. Sementara itu, Presiden Mesir Abdel
Fattah el-Sisi berada di peringkat kelima dengan 5 juta “likes”.
Bagi Jokowi, interaksi di media soial juga menjadi sumber
informasi yang membantunya membuat keputusan. Jokowi mengaku memantau aktifitas publik di media sosial.
"Setiap hari saya selalu memantau, mengikuti jalannya
proses di MKD. Saya ingin agar MKD melihat fakta-fakta yang ada, lihat
fakta-faktanya. Yang kedua, dengarkan suara publik, dengarkan suara masyarakat,
dengarkan suara rakyat,:" kata Jokowi, pada suatu kesempatan.
Istilah yang digunakan Jokowi menyikapi isu terkini, tidak
jarang menjadi viral. Seperti ketika Presiden melontarkan frasa "papa minta saham". Media sosial terutama
twitter langsung muncul tagar #papamintasaham, yang menjadi tranding.
Menurut Burson-Marsteller, studi ini menunjukkan bahwa negara
lebih memahami dan profesional menggunakan media sosial. “Bagi pemerintahan,
hal menggembirakan dalam studi ini adalah, sepertinya kualitas mengalahkan
kuantitas terkait dengan apa yang mereka unggah,” kata CEO Burson-Marsteller
Europe, Middle East & Africa and global chief strategy officer Jeremy
Galbraith, seperti dikutip PRWeek, Selasa, 19 Januari 2016.
Studi
ini digelar pada awal Januari 2016. Sebanyak 87 kepala negara, 82 perdana
menteri, dan 51 menteri luar negeri dipantau laman pribadinya sebagai bagian
dari survey.(str)