Jakarta - Jumlah penumpang angkutan umum turun hingga 40 persen sejalan dengan meningkatnya jumlah ojek online.
Menurut Ketua DPD Organda Jakarta Safruhan Sinulungan, penumpang bajaj turun 40 persen, penumpang taksi berkurang 30 persen dan penumpang bus turun 30 persen sejak ada ojek online.
Wakil Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat menganggap penurunan ini bisa dimengerti karena kualitas angkutan yang tidak begitu baik dan kecepatan transportasi.
“Ya bagaimana orang mau naik bis rusak begitu ya. Seharusnya Organda sama operator melakukan evaluasi untuk menyediakan sarana yang bagus,” kata Djarot menyinggung banyaknya bus seperti Kopaja dan Metromini yang sudah berusia lebih dari 20 tahun.
“Selain itu faktor kemacetan, sehingga orang lebih cenderung beralih ke motor yang lebih lincah.”
Djarot mengatakan operator transportasi swasta seharusnya merevitalisasi angkutan umum.
“Saya bilang pihak swasta juga saya harap memperbaiki, karena persaingannya juga semakin ketat, dan kita tidak bisa hentikan persaingan itu,” kata Djarot.
“Mereka yang tidak berkenan, yah ditinggal konsumen. Masa saya ke Jakarta tahun 80-an naik kopaja, busnya sama itu. Direvitalisasi!”
Safruhan menampik pernyataan Djarot bahwa masalahnya ada pada layanan angkutan umum yang kurang memadai.
"Ini bukan masalah diperbaiki atau tidak. Tapi masyarakat lebih nyaman menggunakan Go-Jek atau ojek aplikasi lainnya, karena lebih efisien," ujar Safruhan. (str)